Kalsitonin adalah hormon yang diproduksi oleh sel parafolikular dari kelenjar tiroid. Kalsitonin dapat mengurangi kadar kalsium dalam aliran darah dengan menghambat aksi perombakan sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang menghancurkan matrix ekstraseluler. Sekresi hormone kalsitonin mengontrol umpan balik negative. [1]
Ketika kalsium dalam darah tinggi, kalsitonin menurunkan kalsium dan fosfat dalam darah dengan menghambat resorbsi tulang (pemecahan/penghancuran matrix extraseluler tulang) oleh osteoklas dan meningkatkan uptake kalsium dan fosfat ke dalam matrix ekstraseluler tulang. Miacalcin, sebuah ekstak kalsitonin dari ikan salmon sepuluh kali lebih manjur daripada kalsitonin hasil sekresi dari tubuh manusia, ini dapat menjadi resep untuk mencegah osteoporosis. [1]
Kalsitonin diproduksi oleh sel C kelenjar tiroid, juga memiliki pengaruh pada kadar kalsium plasma. Seperti PTH, kalsitonin memiliki dua efek pada tulang, tetapi dalam hal ini kedua efek menurunkan kadar kalsium plasma. Pertama dalam jangka pendek kalsitonin menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma. Kedua, dalam jangka panjang kalsitonin menurunkan resorpsi tulang menurunkan kadar fosfat serta mengurangi konsentrasi kalsium plasma. Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik kalsitonin seluruhnya disebabkan oleh efek hormon ini pada tulang. Hormon ini tidak berefek pada ginjal atau usus. [2]
Seperti pada PTH, regulator utama pelepasan kalsitonin adalah konsentrasi kalsium bebas dalam plasma, tetapi berbeda dengan efeknya pada pelepasan PTH, peningkatan kalsium plasma merangsang sekresi hormone kalsitonin dan penurunan kalsium plasma menghambat sekresi kalsitonin. Karena kalsitonin menurunkan kadar kalsium plasma, maka sistem ini membentuk control umpan balik negative sederhana kedua atas konsentrasi kalsium plasma, sistem yang berlawanan dengan sistem PTH. [2]
Namun, sebagian besar bukti mengisyaratkan bahwa peran kalsitonin tidak banyak atau tidak ada dalam control normal metabolism kalsium atau fosfat. Meskipun kalsitonin melindungi tubuh dari hiperkalsimia namun kondisi ini jarang terjadi pada keadaan normal. Selain itu, pengangkatan tiroid atau tumor penghasil kalsitonin tidak mengubah kadar kalsium dan fosfat, mengisyaratkan bahwa peran hormone ini dalam keadaan normal tidak esensial untuk mempertahankan homeostatis kalsium dan fosfat. Namun, kalsitonin mungkin berperan dalam melindungi integritas tulang ketika terjadi pengingkatan besar kebutuhan akan kalsium, misalnya sewaktu kehamilan dan menyusui. Selain itu, sebagian pakar berspekulasi bahwa kalsitonin mungkin mempercepat penyimpanan kalsium yang baru diserap setelah makan. Hormon-hormon saluran cerna yang disekresikan selama pencernaan terbukti merangsang pelepasan kalsitonin. [2]
Kalsium dalam darah memiliki kisaran minimal dan maksimal, yaitu minimal 8,4 mg/dl atau 2,1 mol/liter. Dan memiliki batas maksimum yaitu 10,4 mg/dl atau 2,7 mol/liter. Jika kadar kalsium dalam darah meningkat dan melampaui batas maksimum maka akan terjadi hiperkalsimia dan kebalikannya jika kurang akan mengakibatkan hipokalsimia atau rendahnya kadar kalsium dalam darah. [3] [4]
Kalsitonin memiliki fungsi yang berlawanan dengan PTH yang mengurangi kadar kalsium dalam cairan ekstraseluler. Kalsitonin disekresi oleh sel C yang ada di folikel sel kelenjar tiroid sebagai respon dari tingginya kalsium dalam darah. Karena itu, kalsitonin menghambat aksi absopsi oleh osteoklas dengan cara menghambat aktifivitas osteolitik dan tak terbentuknya pertukaran kalsium fosfat melewati membran osteotik. Maka dari itu, endapan kalsium adalah bentukan dari garam kalsium. Efek jangka panjang kalsitonin adalah untuk mengurangi pembentukan osteoklas untuk mengimbangi penurunan pembentukan osteoblas dan menukar kalsium meskipun menurunkan garam-garam mineral di matrix tulang. Bagaimanapun, kalsitonin memiliki efek yang terbatas dalam homeostatis kalsium, dalam pembelajaran pemotongan kelenjar tiroid (tiroidektomi), konsentrasi ion kalsium tidak berubah secara signifikan. Absorpsi dan deposisi sangat rendah aktifivitasnya pada manusia. [4]
Referensi
1. Tortora Gerard J dan Bryan H Derrickson, 2009. Principles of Anatomy and Physiology volume 1, 12th edition. Wiley, Asia
2. Sherwood Lauralee, 2009. Fisiologi Manusia; Dari Sel ke Sistem, edisi 6. Alih bahasa: Nella Yesdelita. EGC, Jakarta
3. Marcocci Cludio dan Filomena Cetani. Primary Hyperparathyroidsm. The New England Journal of Medical 2389–2397, 2011
4. Galea Stephanie dan Renald Blundell. Parathyroid Hormone and Calcitonin Regulating Calcium Level. Medwell Journal 183–186, 2011